Monday, February 21, 2005

Time Was Frozen in Laos ...

Perjalanan kami ke Laos (Vientiane, Luang Prabang & Vang Vieng) dimulai dari kota Vientiane. Sebagai ibukota Laos, Vientiane memiliki posisi yang unik. Tidak seperti ibukota negara lain, yang umumnya terletak di tengah, Vientiane terletak di perbatasan dengan Thailand - dengan kota Nongkhai. Letaknya yang sangat berdekatan dengan Thailand, mengakibatkan penduduk di sini, hampir semuanya bisa berbahasa thai, hal ini juga ditunjang dengan kemiripan antarkedua bahasa tersebut.

Walaupun untuk sampai ke Vientiane, ada pesawat dari Bangkok langsung ke Vientiane, namun kami memilih naik pesawat dari Bangkok menuju Udon Thani, karena kami ingin melihat kota-kota lain (walaupun hanya sekilas), dan juga terutama karena perbedaan harga pesawat yang hampir 2 kali lipat. Pesawat berangkat sekitar pk. 07.30, dengan lama perjalanan sekitar 1 jam. Setiba di airport Udon Thani, kami naik van menuju ke Nongkhai. Van ini tersedia di airport dan diorganisir oleh airport Udon Thani, dengan biaya THB 100/orang. Perjalanan dari Udon Thani ke Nongkhai sekitar 30 menit.




Setiba di Nongkhai, kami mengurus imigrasi. Setelah selesai, kami menunggu dijemput oleh teman yang tinggal di Vientiane. Dalam perjalanan ke Vientiane, kami berhenti sekali di imigrasi Laos. (note: dari Nongkhai bisa juga naik bus menuju Vientiane. di dekat imigrasi Nongkhai terdapat tempat menunggu bus yang semuanya ke arah Vientiane, dengan biaya THB 10. Bus ini akan berhenti di imigrasi Laos, dan penumpang turun untuk mengurus passport, dan setelah selesai penumpang naik kembali ke bus, dan bus melanjutkan perjalanan langsung ke Vientiane).

Setibanya di Vientiane, kami langsung diantar ke Hotel Novotel. Berhubung kami tiba sudah dekat jam makan siang, maka selesai check ini dan beres-beres, kami langsung pergi makan siang di chinese restaurant Miss U, Selesai makan siang, kami diantar kembali ke Hotel dan menyempatkan diri berjalan-jalan di sekitar hotel.

Malamnya, kami pergi ke Kua Lao, restaurant yang menyediakan makanan Laos dan juga Thai. sehabis makan, kami jalan-jalan ke daerah Nam Phu, dareah ini banyak terdapat café dan restaurant. dalam perjalanan kembali ke hotel, kami melewati daerah daerah Patuxai, tempat Victory Monument Laos berada.

Vientiane
15 februari 2005, hari kedua kami di Vientiane ini, diisi dengan acara jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat wisata di Vientiane. Dimulai dari Ho Pha Kaew (Temple of Emerald Buddha). Ho Pha Kaew ini dulunya adalah royal temple.

Kompleks temple ini terdiri atas beberapa bangunan, dengan bangunan utama adalah sim, tempat untuk upacara keagamaan. Di sekililing bangunan ini terdapat koridor dengan banyak patung buddha dalam berbagai posisi, yang sebagian besar ditandai dari sikap tangannya.

Dari Ho Pha Kaew, kami pergi ke Wat Sisaket, yang terletak di seberang Ho Pha Kaew. kompleks wat (=temple) ini juga terdiri atas beberapa bangunan. Sim dalam kompleks ini terletak di tengah, dan disekelilingnya terdapat selasar, yang di dalamnya terdapat patung-patung Buddha. Pada dinding selasar ini terdapat ceruk-ceruk, yang diisi dengan patung buddha. Jumlahnya lebih dari 2000 buah.
Selesai dari Wat Sisaket, kami mengunjungi Patuxai, Victory Monument. Monumen berbentuk seperti Arc de Triomphe di Paris. Dalam monumen ini terdapat tangga untuk mencapai bagian atas monumen. Dari atas monumen ini kita dapat melihat pemandangan kota Vientiane.

Dari Patuxai, kami kemudian pergi ke Pha That Luang, yang merupakan landmark kota Vientiane.
Pha That Luang adalah stupa yang keseluruhannya berwarna emas. Terdiri atas 3 tingkat, dengan tingkat ke-2 dikelilingi oleh 30 buah stupa, dan di tingkat ke-3 terdapat central stupa yang ketinggiannya dari tanah sampai puncak sekitar 45m.

Dari sini, kami kemudian pergi ke Talaat Sao (talaat=pasar, sao=pagi). Walaupun namanya pasar pagi, tetapi pasar ini buka dari pagi sampai sore. Di pasar ini banyak menjual souvenir, dan juga barang-barang lainnya seperti baju, barang elektronik, perhiasan.

Hari sudah menjelang sore, saat kami selesai berbelanja di Talaat Sao. Kami pun kemudian kembali ke hotel untuk check out dan bersiap-siap berangkat ke airport Vientiane untuk pergi ke Luang Prabang.

Dari Vientiane kami naik pesawat Lao Airlines menuju Luang Prabang. Pesawat seharusnya berangkat sekitar pk. 17.00, namun ternyata di-delay. keberangkatan pesawat ini sempat menjadi tanda tanya diantara para penumpang, karena kepastian jam berangkat yang tidak jelas, informasi yang diterima dari beberapa petugas, semuanya berbeda. Namun akhirnya pesawat berangkat juga sekitar pk.19.00.
Pesawat ini sangat kecil, dengan kapasitas sekitar 25 penumpang. Perjalanan dari Vientiane ke Luang Prabang ini sekitar 50 menit. Dari Vientiane ke Luang Prabang dapat juga dicapai dengan jalan darat, namun memerlukan waktu sekitar 8 jam dan jalan antarkotanya berliku-liku.

Luang Prabang
Luang Prabang termasuk salah satu kota tujuan utama turis yang datang ke Laos. Terletak di bagian utara Laos, kota ini dulunya adalah bekas ibukota Kerajaan kuno Laos yang bernama Lan Xang (lan=jutaan, xang-gajah). Luang Prabang terkenal akan keindahan kuil-kuilnya dan juga pemandangan alamnya. Mengingat kota ini termasuk dalam salah satu "World Heritage Sites" UNESCO,yang mempreservasi baik bangunan-bangunan bersejarahnya maupun alamnya, maka bangunan-bangunan dan kondisi lingkungan di kota ini terjaga dengan baik.

Setibanya di airport Luang Prabang, kami dijemput oleh staff Villa Santi Resort, hotel tempat kami menginap di Luang Prabang. Setelah check in dan berberes sebentar, kami makan malam di restoran hotel, dan langsung tidur.

Pagi harinya kami bangun, dan menyempatkan diri berjalan-jalan di kompleks villa, yang dikelilingi oleh pegunungan dan sawah. Pemandangan yang indah, udara yang segar, membuat kami betah berlama-lama menikmati pagi ini. Acara sarapan pun menjadi lebih lama. waktu terasa berjalan lebih lambat. kami merasa memiliki waktu sepanjang hari ini. tak terasa hari mulai menjelang siang, dan kami harus bersiap-siap untuk acara jalan-jalan kami di kota ini. Menjelang jam makan siang, kami dijemput oleh teman kami yang tinggal di kota ini. Acara hari ini dimulai dengan makan siang di restaurant yang terletak di pinggir Sungai Mekong.
Selesai makan siang, kemudian kami pergi ke Pak Ou Cave. Untuk sampai ke Pak Ou cave ini, kami naik mobil sampai di pinggir Sungai Nam Ou, dan kemudian naik perahu untuk menyeberangi sungai menuju Pak Ou Caves. Selain dengan mobil, Pak Ou caves ini juga dapat dicapai dengan menggunakan perahu menyusuri sepanjang Sungai Mekong sampai di sungai Nam Ou, dengan jarak sekitar 25 km dari kota Luang Prabang.

Pak Ou caves adalah goa yang terletak di dalam pegunungan. Terdiri atas 2 tingkat, bagian bawah dan bagian atas. Goa bagian bawah ini dapat dicapai dengan menaiki tangga. Goa ini masih cukup terang karena masih ada celah-celah untuk masuknya sinar matahari. Di dalam goa ini terdapat banyak patung-patung buddha.

Untuk sampai ke goa bagian atas, diperlukan stamina yang tinggi, karena untuk sampai ke bagian ini, kami harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai ratusan. Goa bagian atas ini lebih gelap dibanding goa bagian bawah, namun di depan goa ini disediakan jasa penyewaan lampu senter. Sama seperti goa bagian bawah, di dalam goa ini juga terdapat patung-patung buddha, walaupun jumlahnya tidak sebanyak goa di bagian bawah.

Pemandangan di sekitar Pak Ou caves ini sangat indah, dengan sungainya yang berbatasan langsung dengan pegunungan, dan juga rumah-rumah penduduk yang terdapat di pinggir sungai. Dari Pak Ou caves, kami kemudian pergi ke Royal Palace untuk melihat pertunjukan tari yang diadakan di salah satu bangunan dalam kompleks royal palace ini. Tarian yang dipentaskan adalah tari Ramayana, dan beberapa atraksi dari suku-suku gunung di Laos.
Selesai menonton pertunjukan tari ini, kami kemudian jalan-jalan di night market yang lokasinya tepat di jalan depan royal palace, yang bernama Thanon (=jalan) Chao Phanya Kang. Mulai dari sore sampai malam hari, jalan tersebut tertutup bagi mobil, dan dipenuhi dengan penjual souvenir dan turis. Untuk mencari souvenir, night market inilah tempatnya, karena di sin banyak dijual beraneka barang, mulai dari kain tradisional Laos, tas dengan sulaman bermotif mural painting, lukisan, baju, dan juga makanan.
Selesai memborong, acara hari ini ditutup dengan makan malam di Cafe Samsara, yang lokasinya tidak jauh dari lokasi night market.
Hari terakhir kami di Luang Prabang ini, dimulai dengan kunjungan ke Tat Kuang Si. Tat Kuang Si adalah air terjun yang terletak di luar kota Luang Prabang, sekitar 32 km. Bagian bawah air terjun ini terdapat kolam dengan airnya yang jernih berwarna hijau turquois. Sangat megundang orang untuk berenang. Berhubung hari masih pagi dan tenaga masih banyak, kami memutuskan untuk naik ke bagian atas air terjun. Ternyata perjalanan ini medannya cukup berat. Di beberapa bagian, cukup terjal, Namun sesampai di atas, "petualangan hiking" ini tidak sia-sia. Dari bagian atas air terjun ini, kami dapat melihat pemandangan alam sekitar air terjun yang sangat indah.

Setelah puas mengagumi keindahan alam dari puncak air terjun ini dan juga setelah selesai mengumpulkan tenaga kembali, kami mulai perjalanan “turun gunung” kami.

Di kompleks air terjun ini kami juga menyempatkan diri mengunjungi seekor macan yang ditempatkan di sebuah bangunan yang terdapat di kompleks ini. Menurut informasi, macan tersebut dulunya diketemukan di area ini. Pengunjung dapat melihat macan tersebut dari dekat dan juga memberikan donasi untuk biaya pemeliharaannya.

Berhubung kami semua sudah lapar – mungkin akibat acara “naik gunung” tadi, dan juga waktu telah menunjukan pk. 12 siang, kami mampir ke "warung" yang ada di lokasi air terjun tersebut. Di sini, kami memesan nasi goreng, yang rasanya ternyata tidak jauh berbeda dengan nasi goreng di tanah air.
Perjalanan dilanjutkan kembali. kali ini mengunjungi royal palace museum. Royal palace ini dulunya adalah tempat tinggal Raja Sisavangvong. kompleks royal palace ini terdiri atas beberapa bangunan. memasuki kompleks ini, di sebelah kanan terdapat Haw Pha Bang, bangunan untuk kegiatan keagamaan. Di sebelah kiri terdapat bangunan yang sekarang ini digunakan sebagai tempat pertunjukan sendratari ramayana. di antara kedua bangunan tersebut terletak royal palace.

Royal palace ini terdiri atas banyak ruang: ruang reception, yang keseluruhan dindingnya dilukis mural painting; ruang untuk penyimpanan hadiah-hadiah yang didapat dari negara lain; ruang untuk menyimpan peralatan pertunjukan ramayana, seperti topeng-topeng, dan alat musik; ruang tidur raja dan ratu. di dalam royal palace ini tidak boleh foto-foto dan juga pengunjung harus berpakain sopan. Baju harus berlengan, bila tidak, diharuskan untuk “meminjam” baju yang disediakan oleh pihak pengurus royal palace.
Dari royal palace, kami pergi ke Wat Xieng Thong. lokasinya di tepi sungai Mekong, tidak jauh dari royal palace. wat ini adalah wat yang paling indah dan paling terkenal di Luang Prabang. Dengan dinding yang dilukis dengan warna emas. ukiran-ukiran yang sangat detail, dan juga bentuk atap bangunan yang bersusun dengan ujung melengkung.

Selepas dari wat xieng thong, kami kemudian pergi ke Phu Si hill, yang terletak tepat di seberang royal palace. saat yang paling baik ke pou si hill adalah menjelang matahari terbenam.
Pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan kami di Phu Si Hill ini, yang sesuai namanya terletak di atas bukit. untuk mencapainya kami perlu menaiki tangga yang jumlahnya ratusan. Namun, seperti “perjuangan” kami yang lain, perjuangan kali ini pun tidak sia-sia. Sesampai di atas, sudah terlihat banyak orang, lengkap dengan kamera dan tripodnya. Masing-masing mempunyai satu tujuan : mengabadikan keindahan sunset dengan pemandangan kota Luang Prabang. Selain sunset, di Phu Si hill ini juga terdapat stupa That Chomsi.

Tak lama kemudian, matahari pun terbenam. Kami pun bersiap menuruni Phu Si hill. kami memilih jalur turun yang berbeda dari jalur kami datang tadi. Phu Si hill dapat dicapai dengan tangga selain dari arah royal palace, juga dari arah sungai. Dalam perjalanan turun ini, terdapat wat tham Phu Si, berupa goa kecil yang didalamnya terdapat patung buddha.

Selesai dari Phu Si Hill, kami kemudian makan malam di restaurant indochine. restaurant ini termasuk bangunan bersejarah. dulunya merupakan tempat tinggal dokter kerajaan. lokasinya tidak jauh dari daerah royal palace. Walapun sebenarnya kami ingin berlama-lama makan, sambil menikmati suasana restaurant dengan dekorasi dan lagu-lagunya yang etnik, namun waktu telah menunjukkan pk. 19.00, saatnya kami untuk pergi ke airport. Sebenarnya saat ini masih terlalu pagi bila sesuai jadwal penerbangan, namun mengingat pernerbangan lao airlines kadang suka berubah-ubah jadwalnya, maka demi amannya, perlu dipastikan terlebih dulu jam keberangkatannya. Setelah pasti bahwa pesawat berangkat sesuai jadwal, dan kami masih punya banyak waktu dan souvenir yang ingin dibeli, maka kami pun pergi lagi ke night market. Kali ini kami berbelanja dengan “terencana”, karena sudah tahu apa yang ingin dibeli dan juga memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk kembali ke airport, sekitar 15 menit. Sekitar 45 menit sebelum jadwal penerbangan, kami sudah dalam perjalanan kembali ke airport.

Pesawat berangkat sekitar pk. 21.00, menuju Vientiane. Kali ini kami cukup beruntung, karena kami dapat pesawat yang besar dan juga tidak ada keterlambatan terbang.

Vang Vieng
Perjalanan kami berikutnya setelah Luang Prabang adalah Vang Vieng. Vang Vieng terletak di sebelah utara Vientiane. Bersama dengan Luang Prabang, Vang Vieng termasuk salah satu kota tujuan utama turis yang datang ke Laos. Terletak di tepi sungai Nam Song dan dikelilingi oleh pegunungan, menjadikan Vang Vieng terkenal akan keindahan alamnya. Kota ini juga terkenal akan goa-goanya. Banyak tour travel yang menawarkan paket wisata ke goa juga kayak dan tubing.

Kami berangkat ke Vang Vieng dari Vientiane. Perjalanan dengan mobil ini memakan waktu sekitar 3 jam.

Sesampainya di kota Vang Vieng sekitar pk. 12 siang, kami langsung menuju ke bungalow Thavonsouk, tempat kami menginap di Vang Vieng. Bungalow ini berbentuk baan lao (=rumah Laos). Pemandangan dari bungalow ini sangat indah, karena lokasinya tepat di tepi sungai nam song, dengan latar belakang pegunungan.

Selesai check in, kami pergi makan siang di Thanon Luang Prabang (thanon=jalan). Thanon ini adalah jalan utama, banyak terdapat restaurant dan tempat-tempat yang menawarkan berbagai paket kegiatan yang dapat dilakukan di Vang Vieng.
Selesai makan siang, kami langsung memulai “eksplorasi” kami. Tempat pertama yang kami kunjungi adalah goa yang paling terkenal di Vang Vieng, Tham Jang Cave. Goa ini terletak di tepi sungai. untuk masuk ke daerah goa ini, harus menyeberang jembatan yang bentuknya seperti golden gate di san fransisco. Goa ini terdapat di dalam gunung, sehingga untuk masuknya perlu mendaki terlebih dulu. Untunglah untuk “pendakian” ini sudah dilengkapi dengan sarana tangga.

Dalam goa ini sudah dilengkapi dengan penerangan listrik, sehingga kita dapat melihat dengan jelas stalaktit dan stalakmit yang banyak terdapat di goa ini.
Setelah selesai menelusuri goa ini, kami pun turun, dan “menjelajah” daerah sekitar goa ini. Lingkungan tempat goa ini berada sangat hijau. Banyak binatang ternak yang merumput di lapangan rumput yang banyak terdapat di daerah ini.
Selepas dari goa ini, kami melanjutkan perjalanan kami ke tempat-tempat lain yang tidak jauh dari goa ini. Semuanya indah. Seluruh indra kami terasa disegarkan kembali. Angin sejuk yang membelai kulit, udara segar yang kami hirup, keheningan dengan suara-suara alam, dan tentunya pemandangan yang sangat indah untuk dipandang. Ingin rasanya kami untuk dapat menghentikan waktu dan menikmati saat-saat itu sepuasnya. Namun waktu terus berjalan, dan tak terasa malam pun tiba.

Untuk makan malam, rencananya kami akan mencoba tempat makan pinggir sungai, namun karena daerahnya sangat gelap dan juga tidak ada tanda-tanda pemiliknya, kami memutuskan untuk makan di thanon Luang Prabang lagi. Kali ini kami mencoba restaurant yang berbeda.

Selesai makan malam, kami menyempatkan untuk jalan-jalan di sekitar thanon ini. banyak toko-toko souvenir di jalan ini. Setelah selesai berbelanja beberapa souvenir, dan snack untuk sarapan besok, kami kembali ke hotel.
Keesokan harinya, yang merupakan hari terakhir kami di Vang Vieng, kami isi dengan acara jalan kaki menyusuri area yang berada tidak jauh dari hotel. Melintasi sawah yang dikelilingi pegunungan, menyeberangi sungai dengan airnya yang jernih sehingga bebatuan yang ada didasarnya dapat dengan jelas terlihat, dan juga tidak lupa foto-foto sepanjang acara jalan kaki ini. Walaupun masih ingin terus menikmati acara jalan ini, menjelang makan siang kami kembali ke bungalow untuk check out. Hari ini kami harus kembali ke Vientiane, untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan pulang kami ke Bangkok.

Sesampainya di Vientiane, kami diantar sampai ke imigrasi Laos. Dari sini, kami naik van yang banyak terdapat di sekitar imigrasi. Berhubung kali ini naik van-nya yang private (hanya berdua - tanpa penumpang lain), biayanya sekitar THB 600/van. Van ini berhenti sekali di imigrasi Nongkhai, dan kemudian melanjutkan perjalanan langsung menuju airport Udon Thani. Dari Udon Thani kami naik pesawat
Thai Airways sampai ke Bangkok.
Catatan penulis: kami rencana ingin datang lagi ke Vang Vieng, karena masih banyak kegiatan yang ingin dicoba, terutama kayak di sepanjang sungai nam song.

No comments: