Wednesday, August 18, 2004

Chiang Mai and Chiang Rai, Thailand

Liburan kami ke Chiang Mai ini sebenarnya tergolong dalam “liburan tak terencana”. Bermula dari niat kami sekedar ingin mencoba naik kereta jarak jauh di Thailand, kami pergi ke stasiun kereta api Hua Lamphong untuk mencari informasi rute-rute kereta api. Kami pun mendatangi pusat informasi di stasiun ini. Bapak petugas informasi sangat ramah dan membantu. Kami diberikan informasi rute-rute KA yang ada di Thailand, dan juga rekomendasi tempat-tempat yang dapat dikunjungi, salah satunya adalah Chiang Mai. Melihat kami tertarik, Bapak petugas ini pun menyarankan kami untuk pergi ke counter tour travel yang ada di stasiun ini, bahkan menyempatkan diri untuk mengantar kami ke counter tersebut. Dan tak lama kemudian, tiket kereta api dan voucher menginap di hotel sudah di tangan kami.

12 Agustus 2004, kami pun berangkat ke Chiang Mai. Naik kereta api kelas 2 ber-AC jurusan Bangkok-Chiang Mai. KA berangkat pk. 18.00. Tak lama setelah KA berangkat, petugas kereta mulai mengedarkan menu makan malam. Selesai makan, kami melihat petugas KA mulai mengubah kursi beberapa penumpang menjadi tempat tidur. Kami pun menunggu giliran kami. “tempat tidur” ini cukup nyaman, diberi sprei, selimut dan bantal. Dan masing-masing tempat tidur juga dilengkapi tirai, sehingga penumpang tidak dapat saling melihat "tetangganya". Tak lama kemudian, kami pun tertidur. Cukup nyenyak ternyata, karena kami baru bangun saat matahari mulai masuk lewat celah-celah jendela KA. Setelah sikat gigi, kami sarapan bekal yang kami beli sebelum berangkat. Sekitar pk. 06.50 kereta tiba di Chiang Mai.

Chiang Mai
Setiba di stasiun, kami dijemput oleh petugas tour yang langsung mengantar kami ke hotel. Sepanjang perjalanan menuju hotel, kami melihat-lihat pemandangan suasana kota Chiang Mai. Walaupun Chiang Mai adalah kota kedua terbesar di Thailand setelah Bangkok, namun suasana kota ini berbeda jauh dengan Bangkok. Bila Bangkok sangat terasa akan kesibukan metropolitannya, maka Chiang Mai terasa akan suasana tenang. Di Chiang Mai, kita tidak menjumpai gedung-gedung pencakar langit, kemacetan lalu lintas, dan hal-hal sejenisnya. Posisi chiang mai yang terletak di pegunungan, membuatnya kaya akan keindahan alam. Berbagai kegiatan yang dapat dilalukan di sini, banyak yang berhubungan dengan alam, seperti trekking, elephant riding dan bamboo rafting.

Sesampainya di hotel, oleh petugas tour yang mengantarkan kami, kami ditawarkan untuk pergi ke pusat kerajinan tangan chiang mai. sekitar pk. 10.00 kami dijemput dan pergi ke Bo Sang Village, tempat kerajinan tangan di chiang mai. Pembuatan sutra, furniture kayu, laquerware, emas dan batu permata, serta pembuatan payung dari kertas, yang merupakan salah satu oleh-oleh khas chiang mai, dapat dijumpai di tempat ini. Biasanya, di setiap tempat pembuatan kerajinan tangan, pengunjung akan disambut oleh pengelola tempat tersebut, yang akan mengajak pengunjung untuk keliling, dimulai dari bagian proses pembuatan dan diakhiri dengan bagian yang menjual produk tersebut. Ide yang sangat baik, karena dengan demikian pengunjung akan mendapat pengetahuan baru dan juga akan lebih menghargai produk kerajinan setelah melihat tingkat kesulitan untuk menghasilkannya, sehingga pengunjung akan lebih “rela” untuk membeli hasil-hasil kerajinan dengan harga yang relatif lebih mahal dibanding bila membeli di tempat lain. Di samping tentunya juga karena yakin akan kualitas produk yang dibeli.

Dari Bo Sang Village kami kemudian pergi ke Doi Suthep. karena ini diluar paket tour, kami diantar sampai depan Chiang Mai zoo, dari sini kami naik kendaraan umum sampai ke Doi Suthep. Doi Suthep adalah gunung yang lokasinya sekitar 16 km dari kota chiang mai. Di tempat ini terdapat Wat (=temple) Prathat doi Suthep yang dibangun pada masa kerajaan Lanna, kerajaan di Thailand bagian utara, pada sekitar abad ke-14. Untuk sampai ke Wat yang lokasinya di gunung ini, terdapat dua alternatif cara. naik tangga yang berjumlah 300 anak tangga-dinding sisi kiri dan kanan tangga berbentuk naga, atau naik lift dengan membayar sekitar THB 20. Kami memilih naik dengan lift. Sesampai di atas, kami memasuki kompleks temple ini, yang didalamnya terdapat stupa yang sangat besar dengan warna keemasan. Di dalam stupa ini terdapat relic Buddha. Dari atas sini juga, dapat terlihat pemandangan kota Chiang Mai.

Dari Doi Suthep, kami kembali ke hotel. Kemudian pergi ke Night Market yang lokasinya tidak jauh dari hotel-tepatnya di Thanon Changklan. Berbagai produk kerajinan khas Thailand, seperti vas-vas dari kayu, payung-payung kertas, kerajinan perak, T-shirt, dapat dijumpai di sini. Night Market ini buka dari sekitar jam 6 sore sampai sekitar jam 12 malam.

Pergi ke Chiang Mai belum lengkap tanpa ikut acara trekking. Oleh karena itu, hari kedua ini, kami memutuskan untuk trekking. Acara trekking seharga THB 1000 ini terdiri atas tiga aktivitas, elephant riding, trekking dan bamboo rafting.

Pagi hari kami dijemput oleh tour travel di hotel. Dengan menggunakan van, kami pergi ke daerah trekking. Group kami terdiri atas 8 orang, yang semuanya orang Italia. acara pertama adalah elephant riding. Di tempat kami tiba, sudah terdapat beberapa ekor gajah. Di punggung gajah tersebut terdapat kursi yang dapat diisi oleh dua orang, sedangkan sang pawang, duduk di bagian kepala gajah. Di sini, kami diajak masuk ke hutan. Sepanjang perjalanan, gajah-gajah yang kami tunggangi sering berhenti untuk makan tanaman sekitar. Terkadang juga mereka hanya mencabut tanaman dengan menggunakan belalainya, namun tidak dimakan. Dalam perjalanan, sering kami jumpai medan yang sulit, terjal dan licin, namun hebatnya gajah-gajah yang kami tunggangi tersebut dapat melaluinya dengan mudah. Satu hal yang tidak dapat kami lupakan dari acara ini adalah saat dompet kami terjatuh, gajah tersebut dapat mengambilkannya dengan menggunakan belalainya dan menyerahkan pada sang pawang! Acara ini menunggang gajah ini berlangsung sekitar 30 menit.

Sesudah itu, kami melanjutkan kembali perjalanan kami dengan van ke tempat trekking. Jalur trekking kami mencakup acara melintasi sawah, melihat air terjun, dan juga ke tempat tinggal suku-suku gunung. Kami mengunjungi suku Hmong, dan suku Karen, dua dari 6 group besar etnik suku yang ada di Thailand utara. Suku-suku lainnya adalah Akha, Lahu, Yao and Lisu. Di sini kami dapat melihat tempat tinggal dan kegiatan yang mereka lakukan. Para wanitanya umumnya menenun kain. Kami dapat membeli kain tenunannya itu di tempat ini.

Acara trekking ini ditutup dengan acara bamboo rafting. Masing-masing bamboo dapat dinaiki 4 orang, dan 1 pemandu. group kami terbagi menjadi 2 bamboo.

Kami tiba di hotel kembali sore hari. Langsung bersiap diri, untuk acara kanthoke dinner, makan malam khas chiang mai. Sekitar pk. 7 malam, kami pun dijemput. Dalam van sudah terdapat beberapa orang yang sudah dijemput terlebih dulu. Perjalanan dari hotel kami ke tempat kanthoke dinner sekitar 20 menit. Setibanya, kami disambut oleh dua orang yang berpakaian tradisional thai, yang mengantar kami ke tempat makan. Kami diantar sampai ke tempat duduk kami. Semua duduk bersila di lantai yang beralaskan karpet. Tak lama, makanan pun tiba. Disajikan dalam pinggan khas Thailand, yang diatasnya terdapat mangkuk-mangkuk kecil berisi makanan. Menu yang disajikan ada 7, dan semuanya khas Thailand (tentunya). Ada beberapa diantaranya yang berhasil kami identifikasi namanya: Kai tod (ayam goreng), nam phrik nhum (sambal khas Thailand utara) yang disajikan dengan sayur-sayuran segar (di Indonesia kita sebut lalap), dan kao (nasi). Nasi di Thailand ada 2 macam, nasi putih yang biasa kita makan (biasanya disebut steam rice), dan ada nasi ketan (biasanya disebut sticky rice). Ruang tempat kami makan, terdapat panggung. Dan selama acara makan ini, dipentaskan acara tari-tarian, yang sayangnya kami tidak berhasil tahu namanya. Selesai acara makan, kami semua diantar menuju ke tempat “teater”. Di sini dipentaskan beberapa atraksi dari suku-suku gunung Thailand utara.

Di tempat khantoke dinner ini juga terdapat stall-stall yang menjual souvenir-souvenir khas Thailand utara. Kami pun menyempatkan diri untuk mampir setelah pertunjukan selesai. Para penjaga stall semuanya berpakaian tradisional suku-suku gunung.

Tak lama, kami semua pun diarahkan kembali ke tempat van. Masing-masing van dibagi berdasarkan daerah hotel. Satu van biasanya mengantar ke beberapa hotel yang lokasinya berdekatan. Kami pun tinggal memilih van yang ke arah hotel kami. Acara ini terorganisir dengan baik sekali. Mulai dari penjemputan dan pengantaran, pengaturan tempat makan, dan juga transisi antaracara. Di samping itu, untuk pemesanannya juga sangat mudah. Masing-masing hotel umumnya dapat memesankan tiket ke kanthoke dinner ini.

Chiang Rai
Keesokan harinya, kami ikut tour ke chiang rai. Sama seperti acara-acara tour yang sebelumnya kami ikuti di sini, kami pun dijemput oleh pihak tour pagi hari. Chiang Rai adalah provinsi Thailand yang paling utara. Kota ini didirikan pada sekitar abad ke-12 oleh Raja Mengrai. Chiang rai merupakan ibukota kerajaan lanna, sebelum dipindah ke chiang mai. Sama seperti chiang mai, chiang rai juga bergunung-gunung. Dalam perjalanan menuju Chiang rai, kami berhenti sebentar di Pha Bong Hot Spring. Di tempat ini terdapat fasilitas mandi air mineral, yang baik bagi kesehatan. Sekitar pk. 11 kami tiba di chiang rai. Tempat yang pertama kami kunjungi adalah wat phra keaw. Di kompleks wat ini terdapat stupa besar berbentuk octagonal, dimana dulunya terdapat patung emerald Buddha. Sekarang ini patung emerald Buddha tersebut bertempat di wat phra keaw Bangkok. Dari wat phra keaw kami kemudian mengunjungi golden triangle. Mendengar kata golden triangle, kami langsung terbayang: ladang opium. Golden triangle ini adalah daerah yang berbatasan dengan 3 negara, Thailand, burma dan laos. Dulunya terdapat ladang ganja, yang merupakan sumber dari separuh heroin illegal yang beredar di dunia.


Di sini kami naik perahu ke donsao island (pulau milik laos) dengan tarif THB 300/orang. walaupun donsao ini milik laos, tapi untuk masuk ke pulau ini tidak perlu visa, hanya membayar tiket masuk sebesar THB 20/orang. di pulau ini banyak menjual souvenir.

Dari golden triangle kami pergi ke Mae Sai (perbatasan thailand dengan burma). Di sini banyak toko-toko yang menjual barang-barang dari burma dan juga souvenir-souvenir. Mae Sai adalah tempat terakhir yang kami kunjungi. Dalam perjalanan pulang, kami berkesempatan mengunjungi suku-suku gunung Yao dan Akha.
Sore menjelang malam, kami pun tiba kembali di chiang mai. Kami berdua langsung diantar ke stasiun chiang mai. Sambil menunggu kedatangan kereta, makan malam dulu di restaurant thai yang berlokasi dekat stasiun. Pk. 21.50 KA kami pun berangkat.

No comments: