
12 Agustus 2004, kami pun berangkat ke Chiang Mai. Naik kereta api kelas 2 ber-AC jurusan Bangkok-Chiang Mai. KA berangkat pk. 18.00. Tak lama setelah KA berangkat, petugas kereta mulai mengedarkan menu makan malam. Selesai makan, kami melihat petugas KA mulai mengubah kursi beberapa penumpang menjadi tempat tidur. Kami pun menunggu giliran kami. “tempat tidur” ini cukup nyaman, diberi sprei, selimut dan bantal. Dan masing-masing tempat tidur juga dilengkapi tirai, sehingga penumpang tidak dapat saling melihat "tetangganya". Tak lama kemudian, kami pun tertidur. Cukup nyenyak ternyata, karena kami baru bangun saat matahari mulai masuk lewat celah-celah jendela KA. Setelah sikat gigi, kami sarapan bekal yang kami beli sebelum berangkat. Sekitar pk. 06.50 kereta tiba di Chiang Mai.
Chiang Mai
Setiba di stasiun, kami dijemput oleh petugas tour yang langsung mengantar kami ke hotel. Sepanjang perjalanan menuju hotel, kami melihat-lihat pemandangan suasana kota Chiang Mai. Walaupun Chiang Mai adalah kota kedua terbesar di Thailand setelah Bangkok, namun suasana kota ini berbeda jauh dengan Bangkok. Bila Bangkok sangat terasa akan kesibukan metropolitannya, maka Chiang Mai terasa akan suasana tenang. Di Chiang Mai, kita tidak menjumpai gedung-gedung pencakar langit, kemacetan lalu lintas, dan hal-hal sejenisnya. Posisi chiang mai yang terletak di pegunungan, membuatnya kaya akan keindahan alam. Berbagai kegiatan yang dapat dilalukan di sini, banyak yang berhubungan dengan alam, seperti trekking, elephant riding dan bamboo rafting.
Sesampainya di hotel, oleh petugas tour yang mengantarkan kami, kami ditawarkan untuk pergi ke pusat kerajinan tangan chiang mai. sekitar pk. 10.00 kami dijemput dan pergi ke Bo Sang Village, tempat kerajinan tangan di chiang mai. Pembuatan sutra, furniture kayu, laquerware, emas dan batu permata, serta pembuatan payung dari kertas, yang merupakan salah satu oleh-oleh khas chiang mai, dapat dijumpai di tempat ini. Biasanya, di setiap tempat pembuatan kerajinan tangan, pengunjung akan disambut oleh pengelola tempat tersebut, yang akan mengajak pengunjung untuk keliling, dimulai dari bagian proses pembuatan dan diakhiri dengan bagian yang menjual produk tersebut. Ide yang sangat baik, karena dengan demikian pengunjung akan mendapat pengetahuan baru dan juga akan lebih menghargai produk kerajinan setelah melihat tingkat kesulitan untuk menghasilkannya, sehingga pengunjung akan lebih “rela” untuk membeli hasil-hasil kerajinan dengan harga yang relatif lebih mahal dibanding bila membeli di tempat lain. Di samping tentunya juga karena yakin akan kualitas produk yang dibeli.

Dari Doi Suthep, kami kembali ke hotel. Kemudian pergi ke Night Market yang lokasinya tidak jauh dari hotel-tepatnya di Thanon Changklan. Berbagai produk kerajinan khas Thailand, seperti vas-vas dari kayu, payung-payung kertas, kerajinan perak, T-shirt, dapat dijumpai di sini. Night Market ini buka dari sekitar jam 6 sore sampai sekitar jam 12 malam.
Pergi ke Chiang Mai belum lengkap tanpa ikut acara trekking. Oleh karena itu, hari kedua ini, kami memutuskan untuk trekking. Acara trekking seharga THB 1000 ini terdiri atas tiga aktivitas, elephant riding, trekking dan bamboo rafting.


Acara trekking ini ditutup dengan acara bamboo rafting. Masing-masing bamboo dapat dinaiki 4 orang, dan 1 pemandu. group kami terbagi menjadi 2 bamboo.

Di tempat khantoke dinner ini juga terdapat stall-stall yang menjual souvenir-souvenir khas Thailand utara. Kami pun menyempatkan diri untuk mampir setelah pertunjukan selesai. Para penjaga stall semuanya berpakaian tradisional suku-suku gunung.
Tak lama, kami semua pun diarahkan kembali ke tempat van. Masing-masing van dibagi berdasarkan daerah hotel. Satu van biasanya mengantar ke beberapa hotel yang lokasinya berdekatan. Kami pun tinggal memilih van yang ke arah hotel kami. Acara ini terorganisir dengan baik sekali. Mulai dari penjemputan dan pengantaran, pengaturan tempat makan, dan juga transisi antaracara. Di samping itu, untuk pemesanannya juga sangat mudah. Masing-masing hotel umumnya dapat memesankan tiket ke kanthoke dinner ini.

Keesokan harinya, kami ikut tour ke chiang rai. Sama seperti acara-acara tour yang sebelumnya kami ikuti di sini, kami pun dijemput oleh pihak tour pagi hari. Chiang Rai adalah provinsi Thailand yang paling utara. Kota ini didirikan pada sekitar abad ke-12 oleh Raja Mengrai. Chiang rai merupakan ibukota kerajaan lanna, sebelum dipindah ke chiang mai. Sama seperti chiang mai, chiang rai juga bergunung-gunung. Dalam perjalanan menuju Chiang rai, kami berhenti sebentar di Pha Bong Hot Spring. Di tempat ini terdapat fasilitas mandi air mineral, yang baik bagi kesehatan. Sekitar pk. 11 kami tiba di chiang rai. Tempat yang pertama kami kunjungi adalah wat phra keaw. Di kompleks wat ini terdapat stupa besar berbentuk octagonal, dimana dulunya terdapat patung emerald Buddha. Sekarang ini patung emerald Buddha tersebut bertempat di wat phra keaw Bangkok. Dari wat phra keaw kami kemudian mengunjungi golden triangle. Mendengar kata golden triangle, kami langsung terbayang: ladang opium. Golden triangle ini adalah daerah yang berbatasan dengan 3 negara, Thailand, burma dan laos. Dulunya terdapat ladang ganja, yang merupakan sumber dari separuh heroin illegal yang beredar di dunia.
Di sini kami naik perahu ke donsao island (pulau milik laos) dengan tarif THB 300/orang. walaupun donsao ini milik laos, tapi untuk masuk ke pulau ini tidak perlu visa, hanya membayar tiket masuk sebesar THB 20/orang. di pulau ini banyak menjual souvenir.
Dari golden triangle kami pergi ke Mae Sai (perbatasan thailand dengan burma). Di sini banyak toko-toko yang menjual barang-barang dari burma dan juga souvenir-souvenir. Mae Sai adalah tempat terakhir yang kami kunjungi. Dalam perjalanan pulang, kami berkesempatan mengunjungi suku-suku gunung Yao dan Akha.
Sore menjelang malam, kami pun tiba kembali di chiang mai. Kami berdua langsung diantar ke stasiun chiang mai. Sambil menunggu kedatangan kereta, makan malam dulu di restaurant thai yang berlokasi dekat stasiun. Pk. 21.50 KA kami pun berangkat.
No comments:
Post a Comment